Pages

Jumat, 22 April 2011

Tentang Waktu

Siang ini, aku menjadi lebih suka berdiam diri dikamarku, dan membayangkan tentang “waktu”…

Aku membayangkan bahwa setiap hari ada sebuah Bank dalam hidup ini, bernama WAKTU. Setiap pagi, ia akan memberikan 84.600 detik dan pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak kita gunakan. Karena ia tidak memberikan sisa waktunya pada kita. Ia juga tidak memberikan waktu tambahan.

Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untuk kita. Dan setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa. Jika kita tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa kita. Kita tidak bisa menariknya kembali. Kita juga tidak bisa meminta “Uang Muka” untuk keesokan hari. Kita harus hidup dalam simpanan hari ini. Maka dari itu, kita dituntut untuk menginvestasikannya dengan cara positif yang membawa hal-hal baik.

Jam terus berdetak maju…

Agar tau pentingnya waktu SETAHUN, mungkin aku harus bertanya pada murid yang gagal naik kelas…

Agar tau pentingnya waktu SEBULAN, mungkin aku harus bertanya pada Ibu yang melahirkan bayi prematur…

Agar tau pentingnya waktu SEMINGGU, mungkin aku harus bertanya pada seorang Editor Majalah mingguan…

Agar tau pentingnya waktu SEHARI, mungkin aku harus bertanya pada seorang Pasien yang rutin minum obat…

Agar tau pentingnya waktu SEJAM, mungkin aku harus bertanya pada Kekasih yang menunggu untuk bertemu…

Agar tau pentingnya waktu SEMENIT, mungkin aku harus bertanya pada orang yang ketinggalan pesawat…

Agar tau pentingnya waktu SEDETIK, mungkin aku harus bertanya pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan…

Agar tau pentingnya waktu SEMILIDETIK, mungkin aku harus bertanya pada peraih medali Perak Olimpiade…

Semua ini mengajarkanku untuk lebih menghargai setiap waktu yang masih dimiliki. Waktu tidaklah menunggu siapa-siapa. Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu…

Kamis, 21 April 2011

Live The Question Now

Aku ingin memohon kepadamu semampuku agar bersabar
menghadapi apa yang tak terpecahkan di dalam hatimu..
Dan belajar mencintai pertanyaan itu sendiri
seperti kamar terkunci
atau seperti buku yang ditulis dalam bahasa asing..

Janganlah mencari jawaban yang tidak dapat diberikan kepadamu
sebab kau tidak akan mampu hidup bersama mereka
Padahal intinya adalah hidup dengan semua itu..

Hiduplah dengan pertanyaan itu mulai sekarang
Barangkali kau akan,secara lambat laun
Tanpa menyadarinya,menjalani kehidupan yang cukup panjang
Untuk mendapatkan jawabannya..

(Rainer Maria Rilke)

Rabu, 20 April 2011

Mangkuk Cantik,Madu dan Sehelai Rambut

Rasulullah SAW, Abu bakar, Umar dan Ustman bin ffan datang bertamu ke rumah Ali. Disana mereka di jamu oleh Fatimah, putri Rasulullah sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fatimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mengkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat ,ereka, Rasulullah SAW segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ke tiga benda tersebut, yaitu mangkuk cantik, madu dan sehelai rambut...

Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata, "Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari menitisehelai rambut".

Rasulullah SAW tersenyum, lalu ia menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya. Umar segera berkata, "Kerajaan itu lebih cantik daripada mangkuk cantik itu. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintahkannya dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW kembali tersenyum, lalu ia berpaling kepada Ustman seraya mempersilahkan untuk membandingkan tiga benda dihadapan mereka. Ustman berkata "Ilmu itu lebih cantik daripada mangkuk cantik itu. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, ia beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dibanding meniti sehelai rambut".

Seperti semula, Rasulullah SAW kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera meminta ALi bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya. Ali berkata "tamu itu lebih cantik daripada mangkuk cantik itu, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kambali kerumahnya itu lebih sulit daripada meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW segera mempersilahkan Fatimah r.a untuk membuat perbandingan tiga benda dihadapan mereka. Fatimah berkata "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk cantik itu, wanita yang mengenakan jilbab itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah (dilihat auratnya) oleh orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dibanding meniti sehelai rambut".

Setelah mendengar perumpamaan dari sahabatnya, Rasulullah SAW segera berkata "seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk cantik ini. Beramal dengan perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan, "menegakkan pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk cantik itu. Menyerahkan diri, harta dan waktu untuk agama lebih manis daripada madu. Dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT pun membuat perumpamaan dengan firman-NYA dalam hadits Qudsi :
"SurgaKU itu lebih cantik daripada mangkuk cantik itu. Nikmat surgaKU itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKU lebih sulit dari meniti sehelai rambut"...

Sabtu, 09 April 2011

Renungan Di 21 Tahun

Dan...
Alhamdulillah...
Saat ini sudah lewat tengah malam dan hari sudah berganti menjadi 9 april 2011...:)
Itu artinya sudah 21 tahun aku dilahirkan ke dunia ini,usiaku makin bertambah sekaligus mengurangi sisa umurku...
Tapi alhamdulillah...berjuta syukur tak henti-hentinya hamba lafadzkan pada-MU ya ALLAH...

Seorang teman mengirimkan sebuah pesan singkat ke ponselku tepat di 9 april dan 00.00,aku dengan serius membaca isi pesan itu yang kira-kira seperti ini : 

"...coba renungkan,hari-hari lewat,perlahan tapi pasti,hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru,karena aku akan membuka lembaran yang baru...
daun berguguran satu per satu semua terjadi karena izin ALLAH, umurku bertambah satu-satu semua terjadi karena izin ALLAH,tapi coba ku lihat kembali ke belakang,ternyata aku masih banyak berhutang... 
Ya..berhutang pada diriku karena ibadahku yang masih pas-pasan,ku raba dahiku...astagfirullah..sujudku masih jauh dari khusyu',ku timbang keinginanku...hmmm..masih lebih besar duniawiku...

Ya ALLAH...akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan??
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan??
Masihkah aku di beri kesempatan,Ya ALLAH??
Tetes air mataku adalah tanda kelemahanku,rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku..
Astagfirullah...
Dan...hari ini Engkau izinkan hamba bertemu usia hamba yang ke-21 tahun,izinkan hamba-MU ini mulai hari ini lebih khusyu' dalam ibadah kepada-MU Ya ALLAH,agar timbangan dunia & akhirat hamba seimbang sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifah-MU...

Hamba sangat ingin melihat wajah-MU di sana,si surga yang penuh kebahagiaan,Ya ALLAH izinkanlah..." 

Selesai membaca isi pesan ini,tak terasa dada ini mulai bergetar,mata inipun berkaca-kaca,karena lewat kata-kata sederhana itu,aku merasakan suatu spirit untuk menemukan sebuah titik balik bagiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya,Amin....BISMILLAH....^_^

Sabtu, 02 April 2011

Dua puluh dua

Ini adalah potongan cerita dari novel "Selembut Lumut Gunung" karangan Kurnia Effendi,yang menginspirasiku untuk membuat sebuah naskah drama yang akhirnya sempat dimainkan oleh teman-temanku dalam suatu acara "Pentas Seni" waktu aku SMA dulu...


...Gerimis masih turun,rinai,mirip percik air mata bidadari.Mendung putih berlapis-lapis menyerupai susunan kapas membalut langit Jakarta.Namun Gumilar bersedia menembusnya tanpa banyak pertimbangan.Bahkan sampai seluruh pakaiannya perlahan-lahan basah.Motornya terus berlari di jalan aspal yang licin.Diantara mobil yang berlambat-lambat menjaga jarak.
Ini hari kelima-belas Fitri tidak muncul di rumahnya.Ini puncak dari perasaan tersiksanya setelah ia sia-sia memenuhi permintaan gadis lembut itu.Ia telah gagal menumpas tuntas cintanya terhadap gadis teater itu.Semburat kerinduan tak lagi bisa diredam dalam rongga dadanya.

Dan keputusan untuk menjumpainya lahir ketika Dewi mengatakan bahwa sudah dua hari teman sebangkunya itu tidak masuk sekolah karena sakit.
Sakit?Seberapa parah?
Kecurigaan berkelebat di hatinya.

"Apa sih yang sebenarnya terjadi diantara kalian?"tanya Dewi tadi.Matanya memandang menuntut penjelasan.
"Seharusnya kamu tanya sendiri sama Fitri."Gumilar menghindar dengan memalingkan muka.
"Lo,nyakitin dia,kak?"Dewi tak peduli.
Kini Gumilar menatap adiknya dengan sepasang mata muram.Siapa sebenarnya yang sakit di antara kami,Dewi?Gumilar sedih karena ternyata Dewi tak sepenuhnya memahami perasaan yang menghuni relung hatinya.

"Fitri jadi pendiam.Selalu saja punya alasan buat menolak kalau gue ajak ke rumah.Biarpun dia pinter nyembunyiin kesedihannya,tapi dari matanya gue tahu,dia nyimpen perasaan putus asa.Herannya,dia selalu mengelak kalu gue tanya.Sekarang dia sakit.Gue nggak mungkin ngganggu dia sama pertanyaan-pertanyaan yang mungkin malah tambah bikin parah penyakitnya.Gue yakin.Ini ada hubungannya sama lo,Kak.Kenapa lo tega bikin dia menderita,Kak?"
Membuat dia menderita?Tuhan,siapa sebenarnya yang salah di antara kami?
"Coba bilang,Kak!Apa yang sebenarnya terjadi?Kenapa kalian nggak mau jujur sama gue,sih?Kenapa?"Mata Dewi mulai kabur olah kaca-kaca air.
"Oke.Gue akan ke rumahnya!Gue akan tanya,kenapa dia begitu."

Gumilar bergegas ke garasi.Dewi mengikutinya.Dan ketika Gumilar menyalakan motornya.Dewi protes.
"Di luar hujan!Lo harus pakai mobil,Kak!"
"Nggak perlu!"Gumilar meluncurkan motornya ke tengah gerimis.Aku ingin menunjukkan,bahwa hujan masih lebih ringan dibandingkan siksaan yang diberikannya kepadaku,batinnya.
Dan itulah yang terjadi kemudian.Lalu lintas padat merayap karena pada setiap terowongan underpass banyak motor yang berteduh,dan akibatnya menyita sebagian besar lebar jalan.Membawa mobil terpaksa memperkecil jumlah jalur.Tapi Gumilar tidak ingin berteduh.Semakin cepat ia sampai di rumah Fitri,tentu semakin lekas memperoleh jawaban.

Sepanjang dua puluh dua menit motornya meraung menembus gerimis pekat.Ia tiba di halaman rumah Fitri dengan tubuh yang mulai menggigil.Dua adik Fitri menyambutnya didepan rumah.Rupanya mereka belum pernah melihat Gumilar.Maka pemuda itu cepat-cepat menyajikan senyum terindah kepada mereka.
"Kakak,siapa?"
"Aku temannya Fitri."
"Oo....,"keduanya celingukan.Saling memandang sebentar.Mungkin karena merasa terganggu.Mereka sedang bermain air dengan memutar-mutar payung di teras,yang menghasilkan semburat air seperti kincir.
"Tadi Mbak Fitri ada di teras belakang..."
"Bisa lewat sini?"Tak sabar Gumilar meloncati beberapa barisan perdu bunga yang tumbuh di halaman.Lalu tanpa menanti jawaban,tangannya telah membuka pintu pagar samping.Ia melihat seorang gadis duduk menatap rintik air yang jatuh di taman.

Suara langkah Gumilar yang tidak perlahan tentu mengejutkan gadis itu.
"Gumilar...."bibir indah itu menyapa ragu.Ada nyala dimatanya.Mungkin mirip kerlip bintang.Mungkin matahari fajar.Atau cahaya purnama?
Fitri berdiri ketika Gumilar mendekat.Sejenak mereka seperti berada di tengah padang hijau yang mahaluas.
"Fitri,"sepasang tangan Gumilar menangkap pipi yang kurus itu.Pipi yang pernah demikian ranum dan membuat seluruh wajahnya tampak cantik.Jemari pemuda itu menyentuh bibir Fitri yang pucat dan gemetar.Lalu menyusup ke dalam rambut melalui belakang telinganya.Perlahan-lahan wajah gadis itu terbenam ke dadanya yang basah.Bahu gadis itu berguncang halus.
"Bilang sama aku kalau aku nggak mimpi,Gum..."isaknya.
"Dalam sejarah pendakianku,ini pendakian terberat,Fitri.Apa kamu masih mau menghindar dari aku?"

Fitri mengangkat wajahnya.Ia menjawab lewat matanya yang basah.Gumilar menemukan pelangi di sana.Di langit biru muda yang membersit awan di sudut-sudutnya.Berpendar-pendar dengan cahaya harapan.Dan gerimis di luar mata itu,masih juga turun.Rinai.Seperti sulur benang yang sengaja diciptakan untuk menyulam lukisan cinta.

Jawaban itu,ternyata,tak perlu diucapkan.Bahkan tak perlu dituliskan di sini...